Program Studi Bedah Saraf - Sp-1

Tentang Bedah Saraf Sp-1 - Universitas Gadjah Mada

Memberikan Pendidikan Ilmu Bedah Saraf secara mendasar dan komprehensif, yang dapat menunjang Pendidikan Berkelanjutan.

Visi Program Studi

Menjadi tempat pendidikan Bedah Saraf yang unggul, kompetitif, innovatif, menghasilkan dokter spesialis Bedah Saraf yang mampu mengembangkan ilmu dan teknologi maupun perilaku yang berwawasan kerakyatan dan berjiwa Pancasila.

Misi Program Studi

1. Menyiapkan Spesialis Bedah Saraf yang mempunyai integritas sesuai dengan Pancasila dan etik ilmu serta etik profesi.
2. Menyiapkan Spesialis Bedah Saraf yang kreatif, inovatif dan mampu mengembangkan ilmu bedah saraf.
3. menyiapkan Spesialis Bedah Saraf yang mampu melaksanakan tugas pelayanan kesehatan di bidang bedah saraf di Indonesia. Khususnya untuk daerah tertinggal.
4. Memberikan Pendidikan Ilmu Bedah Saraf secara mendasar dan komprehensif, yang dapat menunjang Pendidikan Berkelanjutan.

Kompetensi Dasar Program Studi

Standart Kompetensi

Kompetensi Pengetahuan

1.Keilmuan di bidang bedah saraf dikelompokkan dalam :

a. Ilmu dasar pendukung ilmu bedah saraf, terdiri dari :

• Ilmu bedah dasar, berkompetensi dengan sertifikat OSCA
• Ilmu-ilmu dasar, a.l. (neuro)anatomi, (neuro)fisiologi, (neuro)patologi, (neuro)farmakologi, ( neuro)endokrinologi.
• Ilmu klinik dasar, a.l. neurologi, (neuro)radiologi, (neuro) onkologi, elektrofisiologi klinik. Kursus Perioperatif, Basic Surgical Skill, Total Nutrition Therapi.

b. Ilmu bedah saraf

2.Kisi-kisi materi dipilah sesuai dengan tahap kompetensi yang harus dikuasai pada setiap tahap.

3.Penguasaan keilmuan diperoleh secara didaktik, bimbingan klinik oleh staf pendidik maupun proses pengembangan secara mandiri.

Kompetensi Residen

1.Kompetensi residen selama pendidikan ditentukan berdasarkan 2 aspek, yaitu tahap pendidikan dan tingkat kompetensi.

• Tahap dalam pendidikan terkait pada tanggungjawab secara hukum.
• Residen BS-II yang telah memenuhi jumlah operasi magang untuk jenis kasus dengan IK-1 dan/atau IK-2 dan telah dinyatakan lulus ujian instruksi dan naik ke tingkat mandiri; meskipun sudah memiliki kompetensi tingkat mandiri, selama kewenangan kompetensi yang diatur untuk jenis kasus tersebut masih dalam kategori tahap magang, operasi yang dilakukannya secara mandiri masih diperhitungkan sebagai magang. Dengan kata lain, status residen BS-II tidak berubah dengan adanya kenaikan tingkat kompetensi. Staf pendidik masih turut memikul tanggung jawab dalam aspek hukum atas operasi mandiri yang dilakukan oleh residen BS-II.