Tentang Ilmu Biomedik S3 - Universitas Indonesia
Pendidikan Doktor di Indonesia, terutama yang menyangkut bidang ilmu yang bersangkutan dengan kedokteran, dapat dirunut kembali kepada sejarah pendidikan kedokteran khususnya dan sejarah pendidikan tinggi umumnya. Pendidikan formal sendiri, terutama pendidikan tinggi, dilaksanakan di Indonesia sebagai hasil dari interaksi beberapa pandangan dan kebijakan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Di satu pihak ada keperluan mendesak dari pemerintah kolonial dan perusahaan raksasa multinasional saat itu untuk tenaga kerja yang memenuhi syarat terampil, mampu melakukan pekerjaan formal tingkat menengah bawah (juru tulis, mandor, guru pendidikan dasar dan yang sekelas dengan itu), dididik dengan ongkos murah (di Indonesia sehingga tidak perlu ke Belanda, lama pendidikan yang singkat). Di pihak lain, pada kurun yang sama timbul kesadaran di Belanda, bahwa mereka telah mengambil terlalu banyak dan memberi terlalu sedikit ke tanah jajahan. Pandangan ini, yang timbul di kalangan intelektual, melahirkan gerakan yang kemudian dikenal sebagai Politik Etis. Para etisi ini, demikian mereka disebut, pada suatu masa berhasil mempengaruhi kebijakan pemerintah Belanda untuk tanah jajahan. Akan tetapi, mereka terpaksa melakukan kompromi dengan kepentingan praktis penguasa tanah jajahan dan kepentingan perusahaan multinasional. Dengan demikian, dimulailah pendidikan formal, termasuk kemudian pendidikan tinggi, di wilayah yang kelak menjadi Indonesia. Perspektif tersebut tampak dengan jelas dalam riwayat perkembangan pendidikan dokter di Indonesia. Sudah umum diketahui, pendidikan dokter di Indonesia dimulai dengan nama Sekolah Dokter Jawa, dengan lama pendidikan 3 tahun. Bila dilihat dengan perspektif pendidikan berbasis kompetensi, maka Sekolah Dokter Jawa ini sangat memenuhi syarat, karena lulusannya dirumuskan mampu mendiagnosis dan mengobati penyakit yang umum ditemui, yang sangat mengganggu produktivitas rakyat untuk bekerja menghasilkan komoditas yang sangat diperlukan pemerintah kolonial, baik melalui Tanam Paksa (Cultuur Stelsel) mau pun yang kemudian melalui kontrak kerja (koelie contraact) di berbagai perkebunan besar (onderneming) milik perusahaan multinasional. Pada bagian akhir abad ke 19, Sekolah Dokter Jawa ini dirasakan tidak memenuhi syarat lagi sehingga dibentuklah School tot Opleiding voor Inlandsche Arts (STOVIA) atau Sekolah Dokter Pribumi.dengan lama pendidikan 3 kali Sekolah Dokter Jawa dan syarat masuk yang jauh lebih berat. Istilah Inlandsche (pribumi) ini bernada melecehkan (ingat istilah inlander), sehingga kemudian diganti dengan nama Indische (Hindia), dengan singkatan tetap STOVIA. Gelar dokter Hindia (Indische Arts) ini tetap mengandung pandangan diskriminatif. Ada dokter Hindia, ada dokter tamatan Belanda, yang tercermin dalam penggajian. Secara akademis, STOVIA tidak mempunyai wewenang untuk menghasilkan Doktor dan mereka yang berminat untuk itu harus pergi ke Belanda. Pendidikan dokter dalam bentuk perguruan tinggi yang mempunya kewenangan penuh baru terlaksana dengan dibukanya Geeneskundige Hooge School (GHS) atau Sekolah Tinggi Kedokteran, yang sejak awal mengambil tempat di kampus Salemba, kampus FKUI sekarang ini. Sebagai Sekolah Tinggi, GHS mempunyai wewenang untuk mencetak Doktor dalam ilmu kedokteran. Salah satu Doktor yang dicetak GHS ialah Dr.Injo Beng Liong (24 Mei 1940) dan Dr. Ouw Eng Liang (31 Mei 1940).Dr.Injo Beng Liong kelak dikenal sebagai Dr.Tjaja Indrajana dan dikenal sebagai seorang alergologis, sesuai dengan disertasinya, sedangkan Dr. Ouw Eng Liang kelak di masa FKUI tahun 1950 an menjadi Prof.Dr.Ouw Eng Liang dan mengepalai Departemen Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut FKUI, bidang yang ditelitinya untuk disertasinya. Bila diperhatikan, keduanya mempertahank
Visi Program Studi
Menjadi salah satu pusat pendidikan berbasis penelitian tingkat Doktor yang unggul dalam bidang ilmu biomedik.
Misi Program Studi
1. Mematangkan peneliti (para Magister dan peneliti lain yang memenuhi syarat) dalam berbagai masalah Ilmu Biomedik, melalui penelitian itu sendiri yang memiliki keaslian dan kebaruan. Asas yang dianut ialah mematangkan peneliti melalui penelitian yang mandiri, berdaya saing dan asli. . Menggalakkan, menyiapkan dan melaksanakan penelitian dalam berbagai masalah Ilmu Biomedik yang layak publikasi, nasional dan internasional atau yang hasilnya dapat dipatenkan. . Menjalin kerja sama dengan berbagai institusi dalam dan luar negeri, baik untuk penelitian mau pun untuk pendidikan.