Prodi D III Kebidanan Bukittinggi merupakan salah satu dari prodi yang ada di Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Padang. Prodi D III Kebidanan Bukittinggi berada di Kota Bukittinggi, dengan jarak tempuh 90 km dari Kota Padang. Sejarah berdirinya Prodi D III Kebidanan Bukittinggi dimulai sejak : 1. Tahun 1946 dibuka Sekolah Bidan dengan latar belakang pendidikan SMP / sederajat masa pendidikan 3 tahun 2. Tahun 1969 dibuka Sekolah Perawat Bidan dengan latar belakang pendidikan SMP masa pendidikan 3 tahun 3. Tahun 1974 dibuka Sekolah Perawat Lanjutan Kebidanan (SPLJK) latar belakang pendidikan Sekolah Pengatur Rawat masa pendidikan 1 tahun 4. Tahun 1978 dibuka Sekolah Perawat Kesehatan dengan SK No. 88/UM/DIKLAT/KES/78 tentang Konversi 5. Tahun 1984 dibuka crash Program dengan latar belakang pendidikan SMA masa pendidikan 1 tahun 6. Tahun 1989 dibuka Program Pendidikan Bidan dengan SK no. 46/Kep/Diknakes/II/1989 7. Tahun 1998 dibuka Akademi Kebidanan Dep. Kes Bukittinggi dengan latar pendidikan SPK Tahun 2002 Akademi Kebidanan bergabung dengan Diploma III Kesehatan lainnya menjadi Poltekkes Dep. Kes Padang dengan nama Prodi D III Kebidanan Bukittinggi Prodi D III Kebidanan Bukittinggi telah menggunakan beberapa kurikulum pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum pertama yang digunakan adalah Kurikulum Nasional D III Kebidanan Tahun 1996 dengan SK No. 056/u/1994. Kurikulum ini mengutamakan penguasaan IPTEK dan belum merumuskan kemampuan lulusannya. Mata kuliah wajib 100-110 SKS dari 160 sks (S1) oleh konsorsium. Input mahasiswanya adalah dari lulusan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK). Penggunaan kurikulum ini sampai tahun tahun 2001. Pada tahun 2002, Prodi D III Kebidanan Bukittinggi menggunakan kurikulum inti dan institusi berdasarkan peraturan undang undang nomor 232/u/2000 dan 045/u/2002. Kurikulum ini menetapkan mata kuliah wajib 110 SKS dan mata kuliah institusi 10 SKS dengan jumlah SKS keseluruhan 120 SKS. Kurikulum tahun 2002 ini mengutamakan pencapaian kompetensi dan tidak menetetapkan batasan keilmuan yang harus dikuasai. Penetapan kompetensi utama dari hasil kesepakatan program studi sejenis yang diterbitkan oleh Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan tahun 2002. Pemanfaatan kurikulum ini dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2011. Tahun 2012, Pusdiklatnakes menginstruksikan penggunaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) tahun 2011 dengan kurikulum inti 96 SKS. Prodi melengkapi dengan kurikulum institusi 16 SKS sehingga jumlah seluruh beban studi menjadi 112 SKS. Namun pada tahun 2014, berdasarkan hasil forum komunikasi Prodi D III Kebidanan se-Indonesia yang dilakukan di Banjarmasin maka terdapat revisi kurikulum berbasis kompetensi ini dengan menetapkan kurikulum inti 93 SKS. Prodi melakukan kajian kurikulum kembali dan melengkapi dengan mata kuliah institusi sebanyak 22 SKS sehingga jumlah keseluruhan beban studi menjadi 115 SKS dengan masa studi minimal 6 semester dan maksimal 10 semester. Pengembangan kurikulum adalah kegiatan yang menghasilkan kurikulum atau proses mengaitkan suatu komponen dengan yang lainnya untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik dan/atau kegiatan penyusunan (desain), pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan kurikulum. Alasan perubahan kurikulum karena adanya pergeseran paradigma pendidikan meliputi aspek internal maupun aspek eksternal. Aspek internal meliputi tradisi 4-5 tahun, perubahan Visi dan Misi Prodi, perubahan aturan lembaga dan perubahan kebutuhan mahasiswa. Aspek eksternal meliputi perkembangan IPTEKS, perkembangan kebutuhan masyarakat pemangku kepentingan, kecenderungan masa depan dan penerapan KKNI. Kurikulum Pendidikan Tinggi (KPT) merupakan implementasi dari UU PT Nomor 12 Tahun 2012 dan Perpres Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Nomor 8 Tahun 2012. KPT mengutamakan kesetaraan capaian pembelajaran (mutu), terdiri dari sikap dan tata nilai, kemampuan kerja, penguasaan keilmuan, kewenangan dan tanggung jawab. Perumusan capaian pembelajaran minimal tercantum pada SNPT dan hasil kesepakatan forum atau prodi sejenis.
Menghasilkan ahli madya kebidanan professional, berdaya saing, handal dalam pelayanan kebidanan komuntas di tingfkat nasional dengan memperhatikan budaya dan nilai-nilai moral tahun 2020.
Lulusan Diploma III Kebidanan di Indonesia merupakan tampilan kinerja Ahli Madya Kebidanan sebagai :
ITB Innovation Park seharga 397 milyar rupiah untuk kolaborasi antara inovator dan industri atau siapapun yang membutuhkan produk inovasi
...
Jurusan atau program studi ini hanya bisa didapat di sebuah perguruan tinggi negeri.
[Baca Selengkapnya]Jurusan paling populer bisa dikatakan jurusan yang hampir selalu ada di seluruh perguruan tinggi.
[Baca Selengkapnya]Kualitas kampus bisa juga dilihat dari jumlah jurusan atau program studi S3 atau doktoral yang ada di kampus tersebut.
[Baca Selengkapnya]Program studi dan jurusan sebenarnya sama saja.
[Baca Selengkapnya]